Sunday, February 12, 2017

NHW #3 : MEMBANGUN PERADABAN DARI DALAM RUMAH



Pekan ketiga kelas Matrikulasi dengan tema semakin menggigit, semakin membuat saya bertafakur. Menemukan misi spesifik kita diciptakan Allah di muka bumi, menemukan potensi unggul kita sehingga apa yang bisa kita berikan untuk peradaban ini. Menemukan jati diri lagi, mungkin begitu. Hmm, semua ini tidak terlepas dari peran yang sedang kita jalani, sebagai istri dan juga ibu. 

Sebagai istri, kenapa kita bisa berada pada tahap ini?, kenapa kita bisa menikah dengan seorang laki-laki yang sudah menjadi suami kita sekarang? Yaaah, jatuh cinta lah anda sekali lagi. Buatlah surat cinta pada pasangan anda. Utarakan semua perasaan anda sehingga membuat anda tidak salah memilih dia sebagai pasangan anda. Begitu instruksi dari fasilitator kami.

Saya dan suami menikah sudah 8 tahun. Tentu saja telah mengalami banyak suka dan duka. Berbagi bahagia, berbagi sedih, bahkan berbagi rahasia, berbagai apa saja. Ada juga pasang surut dalam berumahtangga, baik itu iman, roda ekonomi bahkan perasaan masing-masing kita . Demikian inti surat singkat yang saya berikan kepada suami. Saya beritakan diawal kalimat bahwa saya menyukainya dengan alasan yang sederhana. Dan saya tutup dengan mengatakan, "Terima kasih sudah memilih La. Uhibbuka Fillah". Dan heeey, apa yang terjadi setelah beliau membaca surat ini? Dia tersenyum dan langsung memeluk saya. Sementara yang dipeluk tak kuasa menahan tangis. Ada rasa plong dan ringan. Saya percaya sekali lagi, bahwa Allah mentakdirkan seseorang sesuai dengan kebutuhan kita, memilihkan yang terbaik untuk dunia kita, untuk akhirat kita. 



Terlahir menjadi seorang wanita, bisa menjadi istri dan ibu itu sungguh anugerah yang luar biasa. Alhamdulillah. Meski terkadang godaan untuk tidak bersyukur atas segala nikmat itu selalu ada. Ada titik dimana saya akan mengingat lagi betapa besar karunia Allah kepada saya. Melihat mereka, yaa. Mereka, dua putra saya. Duo mujahid saya yang tampan dan solih ( Insya Allah) , aamiin. Si sulung Dzaki, sudah 7 tahun. Cerdas seperti namanya. Sangat antusias terhadap dunia menggambar karakter dan menulis cerita. Bercita-cita bisa membuat komik dan film animasi. Suka bereksplorasi terhadap hal-hal disekitar atau mencoba kegiatan yang dibacanya lewat buku. Memiliki perasaan yang lembut. Dia juga bercita-cita mengahafal banyak ayat Al.quran, semoga kelak men jadi hafidz ya nak. Sementara si bungsu Gildan. Memiliki watak yang teguh, keras dengan apa yang diyakininya. Sekarang baru 3 tahun, tapi sudah terlihat jiwa pemberaninya. Suka dengan kegiatan rancang bangun seperti menyusun lego-lego menjadi sebuah kota. Menjadi ibu dua jagoan tentu saja membutuhkan energi yang luar biasa. Karena mereka yang kerap heboh dan aktif kesana kemari. Saling bertahan dengan pendirian masing-masing dengan ending akan menangis salah satunya. Menjaga kewarasan agar tetap berfikir dan bertindak yang layak adalah tantangan saya. Ya Rabb, jaga kewarasan saya. Mampukan saya mendidik mereka menjadi generasi akhir zaman yang solih dan bermanfaat. 

Melihat kedalam diri saya, kenapa saya terlahir dalam keadaan seperti sekarang ini? Saya yakin, saya adalah seorang yang kuat dan teguh dalam pendirian. Mampu bertahan dalam keadaan sulit sekalipun. Sangat mampu menyembunyikan suasana hati kepada orang lain, sehingga saya tetap terlihat akan baik-baik saja. Mudah berempati dan perhatian. Sangat menolak kedzaliman atau kerusakan disekitar, sehingga saya tidak segan-segan untuk memberi teguran kepada mereka yang melanggar norma sesuai kemampuan saya. 

In sya Allah, saya bangga menjadi diri saya dengan segala kelebihan dan kekurangan saya. Menjadi lebih berbahagia lagi, menjadi bermanfaat lebih banyak lagi. 

Fighting!!!

No comments:

Post a Comment