Tuesday, June 23, 2015

ByeBye Sholahuddin: Jazakumullah Khairan

TKIT sholahuddin, 2 tahun membersamai hari-hari Dzaki. Kini saatnya harus berpisah. Saya sedih, tentu saja. Seperti ada sesuatu yang hilang. Suasana yang islami, ibu-ibu guru yang solihah, anak-anak yang ceria serta orang tua murid yang super heboh. hehee. Mau bagaimana lagi, Dzaki sudah tidak mau lanjut sekolah. Saya sebagai orang tua sangat menghormati keputusan si sulung ini. 

Awal Dzaki bergabung di Sholahuddin sekitar bulan Juli tahun 2013. Umur Dzaki ketika itu 3.5 tahun. Usia sekecil itu koq sudah masuk TK? Nope! Kami memasukkan Dzaki ke Sholahuddin bukan sebagai murid TK, tapi berniat menitipkan Dzaki diarena bermain yang kondusif dan agamis. Sebab, dirumah Dzaki tidak punya teman bermain. Sehariannya saja hanya bermain dengan setumpuk benda mati. Tidak ada sosialisasi. Kan kasihan. Kami pikir anak seusia itu juga butuh teman. Maka mulailah kami hunting sekolah. Prinsip saya dari awal (yang juga di-acc abinya) adalah Dzaki bersekolah (baca: bersosialiasi) harus benar-benar dalam lingkungan yang baik. Faktor yang paling penting tentu saja guru. Saya ingin Dzaki melihat bu Guru yang berpakaian rapih, sopan dan syar'i. Sebab itu nanti akan sejalan dengan akhlak sang guru. Kebetulan kami ngontrak didaerah Ciomas Perumahan Panggugah. Tentu saja nyari sekolahnya yang deket-deket sana. Ada beberapa opsi sih. Tapi pilihan jatuh ke TKIT Sholahuddin. Banyak yang berkomentar untuk apa menyekolahkan anak disana. Yang konon katanya mahal. Hmm, mahal secara kasat mata sih iya. Tapi kita harus fair dong menilai. Biaya yang dikeluarkan itu sudah termasuk uang gedung, baju dan kegiatan selama setahun. 

Atas pertimbangan segala macam dan rupa, dengan mantap kami menitipkan Dzaki di Sholahuddin. Alhamdulillah, Dzaki dapat kelompok bermain 2. Namanya kelompok Semut. Wali kelasnya Bu Erna. Hari-hari pertama Dzaki sekolah diantar jemput oleh Abi. 



Selama di kelompok bermain (KB) Dzaki memiliki dua orang teman akrab. Sohiban banget nih trio Dzaki-Hanif-Muadz. Dimana dan kemana selalu aja bertiga. Saya berpikir, anak sekecil ini udah bisa ya punya feel yang kuat dalam berteman. Saya sering dikirimi foto oleh bu Erna tentang kedekatan anak bertiga ini. Senang dan terharu dibuatnya. Masa-masa di KB ini kami tidak menuntut banyak. Hanya menfasilitasi Dzaki dalam bersosialisasi. Meski temannya hanya yang berdua itu saja awalnya, tapi lama-kelamaan bisa juga membaur dengan teman yang lain. 




Setahun di kelompok bermain tak terasa sudah. Akhirnya Dzaki lanjut ke TK A, wali kelasnya bernama bu Dewi. Disini nih yang sedih Dzakinya, karena harus berpisah dengan Hanif, karena beda kelas. Dzaki di A5, hanif di A2. Tapi syukurnya masih sekelas dengan Muadz. Di TK A Dzaki juga mulai bersosialisasi dengan teman yang baru. Ada 2 teman yang sering disebut-sebut selain Muadz, yaitu Rafa dan Akbar.


Di TKIT Sholahuddin in sya allah inputnya sangat baik. Disini anak-anak dididik dengan cinta. ceileee.. hehee. Ibu guru yang telaten dan sabar. Two tumbs up deh buat mereka. Secara umum gambaran hari-hari Dzaki di sekolah selama 2 tahun sebagai berikut:
# Masuk sekolah pukul 07.45. Berbaris, dipandu sama bu Guru. Agenda berbaris sesuai dengan tema bulanan mereka. Disini anak-anak belajar jadi pemimpin, mengomando teman-teman untuk berbaris rapih dan berdoa. Saya ingat sekali ucapannya, "temaaan-temaaan..." kata pemimpin. Anak-anak serempak menjawab, "siaaaap". Pemimpin, "bagaimana siapnya?". Anak-anak, "beginilah caranyaa (sambil rapih-rapih barisan, mengambil posisi siap dalam PBB). Setelah arahan dari bu guru dan berdoa, mereka pun masuk kelas masing-masing.
# Dikelas anak-anak duduk melingkar, doa sebelum belajar. Dilanjutkan dengan sesi curhat-curhatan. hihiii. Lalu Ibu guru akan membagikan lembar kegiatan pagi, sementara anak-anak  bergilir untuk mengaji dengan metoda Farhati one by one. 
note: di kelas anak-anak berjumlah 10-12 orang, dididik oleh 1 orang wali kelas dan 1 guru pendamping
# Pukul 10.00 anak-anak selesai kegiatan pagi dan mengaji. Dilanjutkan dengan "break", makan bekal dari rumah berupa cemilan yang sudah dipersiapkan bunda mereka masing-masing. Lalu bermain di luar, anak-anak boleh memilih sendiri mainannya. Ada prosotan, ayunan, macem-macem laaah. :)
# Selesai "break" anak-anak bersiap menuju kelas untuk kegiatan selanjutnya, biasa dilakukan dalam kelas sentra. Guru sentra bukan lagi guru kelas. Jadi anak-anak mengenal semua guru yang ada di sekolah.
Ada beberapa sentra di TKIT Sholahuddin;
- Sentra ibadah
- Sentra imajinasi
- Sentra musik dan olah tubuh
- Sentra eksplorasi
- Sentra kreasi
- Sentra Rancang bangun
- Sentra Matematika
- Sentra Bahasa
- Sentra Sains
# Sekitar sejam di sentra, pukul 11.30 anak-anak kembali ke kelas untuk menyantap makan siang mereka. Menu variatif setiap hari dan cukup gizi, lengkap dengan buah dan sayur. Disini anak-anak yang malas makan buah & sayur akan tersugesti dari teman-teman yang suka. heheee.. Kegiatan makan diawali dengan mengambil makanan secara bergilir, lalu dilanjutkan dengan doa sebelum makan secara bersama. Naaah, akhirnya tuh kan beda-beda yah makannya. Jadi yang selesai bca doa sendiri-sendiri aja.
# Masuk waktu dzuhur anak-anak dipersiapkan untuk sholat (untuk siswa TKA dan TKB sholat di mesjid, sementara untuk KB di kelas saja). Mereka terlebih dahulu mengambil wudhu. Lalu jalan berbaris menuju mesjid. Selesai sholat anak-anak dituntun bu guru berdoa. Sementara bagi anak-anak yang tidak tertib dalam sholat disuruh mengulang lagi. hihiii.. Lucu deh kalau liat tingkah mereka ini.
# Pukul 12.30. yupppp, time to go home. Para penjemput anak, terutama bunda-bunda cantik nan solihah udah berjejer rapih menyambut putra-putri tersayang. Asiiiik. Eh, sekolah juga menyediakan jasa jemputan loh. Ada satu pemandangan yang paling berkesan bagi saya saat pulang sekolah, yaitu sebagian besar anak akan merengek ke ortunya untuk dibeliin yogurt yang dijual di sekolah. Yummmy, segeeeeer. Hmmmmm, how I miss it.

Cihuuuuy, tahu banget ya saya detail kegiatan Abang Dzaki di sekolah. hehehe, iya dooong. Jadiii, setiap semester orang tua murid akan diundang oleh sekolah untuk melakukan kegiatan observasi. Dimana, kegiatan ini bertujuan memperlihatkan aktivitas anak-anak selama di sekolah. Disamping itu, tiap minggu kami akan diberikan buku penghubung antara guru dan orang tua. Disana akan tertulis perkembangan anak dalam waktu per minggu, sementara untuk laporan belajar selama 1 semester akan dibagikan LPS. Dan untuk laporan per tahun akan ditulis dalam Raport berupa 1 bundel buku yang lengkap.

Untuk kegiatan anak-anak di Sholahuddin juga tergantung pada tema bulanan yang sudah disusun sekolah. Nah, disini anak-anak akan berkesempatan juga belajar di luar sekolah, ini disebut dengan PLK (Pembelajaran Lintas Kurikulum). PLK pertama Dzaki yaitu ke Taman Lalu Lintas Cibubur, ini untuk pertama kali juga Dzaki pergi jauh tanpa ummi/abi. Ada juga kunjungan ke dokter gigi, berenang ke Marcopolo, cooking class ke Steak As Salam, mengenal hewan ke Taman Safari dan yang paling anyar serta paling jauh itu ke Kidzania. 

Naah, itu cerita anak-anak di Sholahuddin. Sekarang cerita tentang orang tuanya. :). Di Sholahuddin itu ada yang namanya FPOM, Forum Persatuan Orang Tua Murid,  yaitu sebagai wadah penghubung antara guru dan orang tua murid. Selama 2 tahun menjadi bagian dari ortu murid Sholahuddin, saya merasa senang pernah kenal dengan ibu-ibu yang solihah ini. Banyak kegiatan yang diangkat FPOM, seperti kegiatan rutin tahsin mingguan, taklim bulanan, acara Muharrom berbagi dengan anak yatim, qurban idul adha, dll. Ada juga kerjasama dengan sekolah seperti seminar Parenting Sholahuddin dan acara perpisahan/pentas seni.

Begitulah, pernah menjadi bagian dari Sholahuddin merupakan kebahagiaan tersendiri. Meski kini Dzaki tidak lagi menjadi murid disana. Tapi saya yakin, kalau didikan positif dari sholahuddin akan menjadi bagian puzzle yang indah di kehidupan Dzaki.



Ups, jangan berpikir Dzaki tahun ini akan masuk SD. Untuk setahun kedepan Dzaki mau istirahat dulu dari sekolah formal. Dzaki merupakan tipikal anak yang gampang bosan dan sangat senang bereksplorasi. 2 tahun di Sholahuddin dengan ritme kegiatan yang sudah sangat dikenalnya membuat dia agak bosan sehingga malas-malasan pergi sekolah. Jadi kami memutuskan untuk "mengistirahatkan"nya dulu. Sambil mencari & memulai lagi kegiatan baru. Dan PR bagi ummi dan abi adalah segera hunting sekolah SD untuk Dzaki. Sebab untuk homeschooling rasanya ummi belum sanggup. Aiiiish, udah nyerah duluan nih. #tepok jidat.. 


Akhirnya, ucapan terima kasih pada semua guru, teteh dan pak satpam di Sholahuddin. Jazakumullah Khairan Katsiran. #seiring terngiang-ngiang lantunan mars Sholahuddin yang dinyanyikan anak-anak.

"siswa-siswi Sholahuddin generasi yang rabbani
cinta Allah
cinta nabi
cinta ayah dan bunda
patuhi guru
sayangi teman
solih cerdas mandiri
kita bermain
kita belajar
di TK Sholahuddiiiiiiin"


Monday, June 15, 2015

Kenapa Ummi Ghumaisa???

Abinya anak-anak bertanya, "kenapa nama blognya ummi Ghumaisa?". Wajar sih beliau bertanya begitu, sementara nama kuniyah (julukan) saya kan harusnya Ummu Dzaki/Gildan. Dari mana sih asal Ghumaisanya?? Hmmm, baiklah. Ghumaisa itu diambil dari nama asli Ummu Sulaim. Tahu kan siapa Ummu Sulaim?? Yah, beliau adalah wanita yang paling mulia maharnya, yaitu keislaman calon suaminya (Abu Thalhah). Ummu Sulaim juga terkenal sebagai wanita yang cerdas, bijaksana lagi cantik dan berakhlak mulia. Beliau juga seorang ibu yang hebat karena mampu mendidik anak-anaknya menjadi anak yang solih. Salah satunya adalah Anas bin Malik, seorang pelayan setia dan sahabat yang dekaaaat sekali dengan rasulullah sehingga banyak meriwayatkan hadits.

Nah, ceritanya pas hamil kedua kan ingin sekali punya anak perempuan. Sebelum usg masih berharap banget tuh punya anak perempuan. Nyari-nyarilah nama yang bagus. Dapatlah Ghumaisa ini. Tapi setelah di-usg ternyata jagoan lagi. Yo wis lah, rapopo. Tapi karena udah kadung cinta dengan nama Ghumaisa, apa-apa tuh dipakai nama Ghumaisa. Berharapnya sih nanti semoga Allah benar-benar memberikan seorang anak perempuan dan in sya allah akan diberi nama Ghumaisa. Aamiin.

Begitulah, Ummi Ghumaisa a.k.a Ummu Dzaki sama aja toh. Orangnya itu juga. Blog ini sebenarnya buat memori aja. Untuk suatu saat bisa dibaca-baca oleh anak-anak. Syukur-syukur bisa juga memberikan manfaat bagi orang lain. (",)




Thursday, June 4, 2015

Bumbu halus ala ummi

Pembuatan bumbu halus ini terinspirasi dari sebuah postingan yang ada di facebook. Kalau dipikir-pikir sih praktis juga. Sebab selama ini momok masak yang sangat menyita waktu adalah mempersiapkan segala macam jenis bumbu. Nah, kalau sudah nyetok kan bisa lebih hemat tenaga dan waktu. Tinggal pilih bumbu sesuai dengan jenis masakan yang akan dibuat, cemplung sana-sini jadi deh. Heheee. Disini saya membuat tiga jenis bumbu yang biasa digunakan untuk memasak harian saja, yaitu bumbu balado, bumbu tumis dan bumbu gulai.




BUMBU BALADO
bahan:
cabe merah
bawang merah
tomat merah
Garam
Minyak

Kegunaan:
Untuk lauk yang dibaladoin.

BUMBU TUMIS
bahan:
Bawang merah
Bawang putih
Garam
Merica bubuk
Air
Minyak goreng

Kegunaan:
tumis-tumisan sayur bening, + daun bawang seledri
omelet telur, + daun bawang seledri
oseng-oseng, +daun salam, sereh,  lengkuas geprek
bumbu sop, + cengkeh, pala, kayu manis, daun bawang seledri
gulai putih, + lengkuas & jahe geprek
peyek, +ketumbar, tepung beras, tepung kanji, daun jeruk, taburan kacang tanah/kacang ijo/teri/udang rebon


BUMBU GULAI
bahan:
Bawang merah
Bawang putih
Jahe
Lengkuas
Kunyit
Kemiri
Garam
Air
Minyak goreng

Keguanaan:
Gulai, +bumbu balado & daun-daunan
Tongseng, +bumbu balado/ cabe rawit iris, daun jeruk, sereh, bumbu kari bubuk, kecap
Ungkep, + daun salam

Cara membuat bumbu
Blender semua bahan, jika menggunakan air rebus sampai air menyusut. Lalu tumis hingga harum. Masukkan kedalam wadah. Setelah dingin simpan dalam kulkas.

Bumbu diatas tidak saya berikan takaran karena masaknya pakai 'feel' saja, lagian dirumah juga tidak ada timbangan. Hehee. Tapi biasanya sih perbandingan bawang merah dan bawang putih 2:1. 

Dengan adanya bumbu-bumbu ini di kulkas memasak jadi lebih simpel. (",)










Wednesday, June 3, 2015

Duo Mujahid -cerita paling indah-

Alhamdulillah, akhirnya bisa juga menulis blog. Hmm, meski tergolong telat sih. Tapi biarlah daripada tidak sama sekali. Hehee. Tulisan pertama ini didedikasiakan untuk duo mujahid ummi tersayang, Muhammad Dzaki Bukhori Al Farisi dan Muhammad Gildan Hamka Al Faruq. Ummi bukan penulis profesional apalagi penyair hebat. Namun begitu, untuk sebuah nama yang terkandung banyak arti dan doa, biarlah ummi tuangkan dalam bait-bait kata.

SI CERDAS YANG SOLIH ITU KAMU NAK
*teruntuk ananda Dzaki

berkaca pada mereka
pribadi yang cerdas juga solih

Imam Bukhori dari bukhara
ahli hadis paling hebat
daya ingatnya luar biasa
tak tanggung-tanggung
6 juta hadis ia kumpulkan
tapi hanya 7000an saja yang sahih

betapa mengagumkannya beliau ini
ternyata cerdas tak membuatnya congkak
insan solih yang selalu menjaga wudhu,
solat dua rakaat dan berdoa setiap hendak belajar

dilain tempat
dibelahan bumi persia
ada seorang pemuda yang begitu hanif
jauh-jauh datang ke madinah demi mencari cahaya kebenaran
yah, dialah Salman Al Farisi
pemilik tubuh yang kuat
pandai dalam ilmu syariat

tentu takkan pernah lupa tergores sejarah
ide briliannya dalam pembuatan parit
hingga mengantarkan kaum muslim menang dalam perang khandaq
yang juga merupakan perang pertamanya

gagah dan brilian tak membuatnya sombong
namun semakin bertambah kecintaannya pada Allah dan Rasul
maka sejak perang itu tiadalah pernah dia absen dalam berperang

begitulah nak,
berharap engkau seperti mereka
: si cerdas yang solih


----------------------------------------------------------------


KENAPA KAMI SEMATKAN NAMA HAMKA DAN AL FARUQ
*teruntuk ananda Gildan

di negeri ini
siapa yang tidak mengenal Hamka
bahkan mancanegara pun tahu
ulama hebat
sastrawan handal
politikus amanah
punya segudang talenta
yang hanya bermodalkan otodidak



Hamka,
putra minang yang akan selalu dikenang
kuat agamanya
kokoh pendiriannya
tak pernah ragu
mengatakan yang salah adalah salah
yang benar adalah benar

begitupun,
berabad-abad sebelum Hamka
ada seorang sahabat yang setan pun takut padanya
yah, dialah Umar bin khattab
yang bergelar Al Faruq
sang pembeda haq dengan yang bathil

demikianlah nak,
kenapa kami sematkan Hamka dan Al Faruq
agar nanti namamu menjadi doa
bercermin pada mereka
karena sungguh
negerimu
sangat-sangat butuh orang-orang seperti mereka